Spritual adalah kata yang sering saya dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Spiritual merupakan hubungan (relationship) atau keterkaitan (interconnectedness) abstrak yang dirasakan sensasinya oleh seorang manusia terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, termasuk di sini adalah semua benda mati dan hidup dan tidak terbatas hanya di Bumi saja. Manusia umumnya punya ketertarikan naluriah yang tinggi terhadap konsep spiritual.
Spiritual berbeda dengan religi; ketika seorang manusia merasakan adanya suatu kekuatan semesta yang abstrak yang menciptakan, membimbing, menjaga, memberikan penghargaan serta sanksi kepada dirinya serta dimana kekuatan ini dirasakan mempengaruhi seluruh alam semesta beserta isinya, hal ini IMHO merupakan suatu pemahaman spiritual. Jika manusia tersebut mendefinisikan kekuatan tersebut sebagai suatu Entity Yang Maha Tinggi serta Maha Berkuasa kemudian mengidentifikasikan-Nya sebagai Tuhan yang menunjukkan seperangkat pedoman jiwa/ hidup yang bersifat dogmatis, maka IMHO ini merupakan suatu pemahaman religi.
Bagi saya, spiritual terletak pada hubungan (relationship) yang terjadi spt disebutkan di atas. Apakah kita merasa benci kepada diri sendiri? Merasakan kecintaan yang sangat besar terhadap alam? Merasakan persaudaraan dengan sesama manusia? Memiliki bahkan mempraktekkan energi supranatural? Semua ini terletak pada pemahaman kognisi dan afeksi individual, dibantu oleh kinerja fisik.
Bagi sebagian orang, tanda-tanda mereka yg memiliki spiritual tinggi adalah rasa ketentraman dan kenyamanan yang sangat tinggi dalam berbagai situasi dan kondisi, hati selalu senang-easy going, tidak mudah kecewa, menyukai dan apresiatif terhadap segala sesuatu (bahkan udara yg dihirup), mampu melihat dan menyimpulkan sesuatu hal (tersembunyi), bahkan pengetahuan, yang biasanya luput dari orang awam-semacam insight baru dan masih banyak lagi "indikator"nya.
Saya pribadi berpendapat bahwa semua pengalaman dan pemahaman spiritual bersifat sangat individual dan pribadi.
Sekali lagi, IMHO, untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman spiritual, paling tidak dimulai dengan meningkatkan kinerja sensitivitas terhadap berbagai sensasi baik fisik maupun abstrak (misalnya penciuman, perasaan dan naluri) serta berpemikiran terbuka, seluas-luasnya meskipun pada suatu saat mampu berfokus tinggi pada satu titik.
Bagi saya pribadi, perlu ditambah lagi rasa penerimaan yang tinggi atau dengan singkatnya; meningkatkan kinerja biologis, afeksi dan kognisi.
Dengan segala kerendahan hati (mohon maaf sebelumnya), saya merasa bahwa pengalaman dan pemahaman spiritual yang pernah saya rasakan, seberapapun kecilnya, merupakan mata rantai yang memperkuat keyakinan religi saya (keimanan), bahkan meningkatkan kenikmatan ketika beribadah. Maka saya memiliki keyakinan bahwa ujung dari spiritualisme adalah religi.
Kalau pengalaman spritual saya adalah saya selalu tenang apa yang dikasih oleh Allah SWT. Nikmat yang dikasih oleh Allah kepada saya, saya nikmatin dan saya jaga dalam kehidupan saya.
Pengalaman ini saya alami dalam kehidupan sehari-hari.
Spiritual merupakan hubungan (relationship) atau keterkaitan (interconnectedness) abstrak yang dirasakan sensasinya oleh seorang manusia terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, termasuk di sini adalah semua benda mati dan hidup dan tidak terbatas hanya di Bumi saja. Manusia umumnya punya ketertarikan naluriah yang tinggi terhadap konsep spiritual.
Spiritual berbeda dengan religi; ketika seorang manusia merasakan adanya suatu kekuatan semesta yang abstrak yang menciptakan, membimbing, menjaga, memberikan penghargaan serta sanksi kepada dirinya serta dimana kekuatan ini dirasakan mempengaruhi seluruh alam semesta beserta isinya, hal ini IMHO merupakan suatu pemahaman spiritual. Jika manusia tersebut mendefinisikan kekuatan tersebut sebagai suatu Entity Yang Maha Tinggi serta Maha Berkuasa kemudian mengidentifikasikan-Nya sebagai Tuhan yang menunjukkan seperangkat pedoman jiwa/ hidup yang bersifat dogmatis, maka IMHO ini merupakan suatu pemahaman religi.
Bagi saya, spiritual terletak pada hubungan (relationship) yang terjadi spt disebutkan di atas. Apakah kita merasa benci kepada diri sendiri? Merasakan kecintaan yang sangat besar terhadap alam? Merasakan persaudaraan dengan sesama manusia? Memiliki bahkan mempraktekkan energi supranatural? Semua ini terletak pada pemahaman kognisi dan afeksi individual, dibantu oleh kinerja fisik.
Bagi sebagian orang, tanda-tanda mereka yg memiliki spiritual tinggi adalah rasa ketentraman dan kenyamanan yang sangat tinggi dalam berbagai situasi dan kondisi, hati selalu senang-easy going, tidak mudah kecewa, menyukai dan apresiatif terhadap segala sesuatu (bahkan udara yg dihirup), mampu melihat dan menyimpulkan sesuatu hal (tersembunyi), bahkan pengetahuan, yang biasanya luput dari orang awam-semacam insight baru dan masih banyak lagi "indikator"nya.
Saya pribadi berpendapat bahwa semua pengalaman dan pemahaman spiritual bersifat sangat individual dan pribadi.
Sekali lagi, IMHO, untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman spiritual, paling tidak dimulai dengan meningkatkan kinerja sensitivitas terhadap berbagai sensasi baik fisik maupun abstrak (misalnya penciuman, perasaan dan naluri) serta berpemikiran terbuka, seluas-luasnya meskipun pada suatu saat mampu berfokus tinggi pada satu titik.
Bagi saya pribadi, perlu ditambah lagi rasa penerimaan yang tinggi atau dengan singkatnya; meningkatkan kinerja biologis, afeksi dan kognisi.
Dengan segala kerendahan hati (mohon maaf sebelumnya), saya merasa bahwa pengalaman dan pemahaman spiritual yang pernah saya rasakan, seberapapun kecilnya, merupakan mata rantai yang memperkuat keyakinan religi saya (keimanan), bahkan meningkatkan kenikmatan ketika beribadah. Maka saya memiliki keyakinan bahwa ujung dari spiritualisme adalah religi.
Kalau pengalaman spritual saya adalah saya selalu tenang apa yang dikasih oleh Allah SWT. Nikmat yang dikasih oleh Allah kepada saya, saya nikmatin dan saya jaga dalam kehidupan saya.
Pengalaman ini saya alami dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar